As Shohifah As Shahihah Hamam bin Munabih (40-131 H)

Hamam bin Munabih adalah salah satu Shigharu Shahabah yang pernah bertemu dengan sahabat yang mulia Abu Hurairah ra, darinya beliau banyak menulis hadist Rosulullah saw. Kemudian disusun dalam satu shohifah (susunan) atau suhuf yang diberi nama “As Shohifah As Shohihah”, dalam penamaan “As Shohihah” diperkirakan beliau mencontoh susunan sebelumnnya yaitu “As Shohifah As Shodiqoh” yang ditulis oleh Abdullah bin Amru bin Al Ash ra maka tepatlah jika beliau memilih kata “As Shohihah” pada shohifahnya, karena shohifah beliau ditulis langsung dari seorang sahabat yang bersanding dengan Rosulullah saw selama empat tahun lamanya dan telah meriwayatkan banyak hadist dari beliau saw.

Cakupan shohifah ini meliputi, periwayatan sekaligus pembukuan hadist dari Abu Hurairah ra, dan kebetulan DR. Muhammad Humaidillah mendapatkan shohifah ini dalam dua jenis manuskrip di Damaskus dan Berlin, beliau juga berkesempatan untuk mentahkiknya.

Kiranya, akan semakin menambah keyakinan kita berkaitan dengan keaslian manuskrip shohifah ini, tatkala kita sadar bahwa ternyata Imam Ahmad menukil secara utuh isi kitab ini dalam musnadnya yang terkenal dengan nama “Musnad Imam Ahmad”, begitupula Imam Bukhari, banyak hadist-hadist yang beliau nukil dari shohifah ini, kemudian beliau cantumkan di berbagai bab (pembahasan) dalam kitabnya yang terkenal “Shohih Bukhari”.

Berdasarkan Shahifah yang satu ini, menjadi bukti sejarah penting dalam islam akan pembukuan (tadwin) hadist Nabi saw telah dilakukan para ulama’ pada masa yang terbilang dini. Dan menyanggah kesalahan khalayak umum yang ber anggapan bahwa “Hadist belum dibukukan, kecuali pada awal abad kedua hijriyah” karena Hamam bertemu langsung dengan Abu Hurairah ra dan tidak diragukan lagi masa itu terjadi sebelum kematian Abu Hurairah ra yang terjadi pada tahun ke-59 H. maknanya, pembukuan hadist yang dilakukan oleh Hamam bin Munabih terjadi sebelum tahun kematian Abu Hurairah ra atau bertepatan dengan pertengahan abad awal hijriyah. Kamipun menetapkan bahwa Abdullah bin Amru bin Al Ash membukukan hadist pada masa Rosulullah saw yang diberi nama dengan “As Shohifah As Shodiqoh” sebelum Hamam bin Munabih menulis shohifahnya. Data tersebut juga menunjukan, bahwa ternyata para Ulama‘ sudah menjalankan program ini (pembukuan hadist) jauh-jauh hari sebelum diperintahkan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz rohimahullah. Perlu diperhatikan, dari awal kami tidak menyebutkan bahwa shohifah ini termasuk karya tulis Abu Hurairah ra, dikarenakan gaya kepenulisannya (imla’) murni dari Hamam sendiri, namun di sini kami hanya bermaksud untuk mempopulerkan hal ini dengan menuyebutkan nama beliau.

Shohifah ini terdiri dari 138 hadist, Ibnu Hajar menuturkan bahwa Hamam telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra sekitar 140 hadist dengan satu Isnad (sandaran), berdasarkan kecocokan riwayat di atas sekaligus yang telah diriwayatkan oleh para Ulama’, maka kami semakin yakin akan keabsahan Shohifah ini.

Pembukuan hadist terus berkembang pada pertengahan tahun pertama abad kedua hijriyah dikalangan Ulama’, sehingga jarang didapatkan di antara mereka yang tidak turut membukukan hadist.

  • Berikut ini adalah daftar Ulama’ yang turut andil dalam membukukan hadist di berbagai negri islam pada waktu itu :

1.      Yahya bin Abi Katsir (128 H) sebaya dengan Imam Az Zuhry.

2.      Muhammad bin sauqih (135 H) menulis suatu kitab hadist.

3.      Zaid bin Aslam (136 H) menulis kitab tafsir, semoga di dalamnya terdapat banyak hadist Rasulullah saw.

4.      Musa bin Uqbah (141 H) terdiri dari hadist-hadist Nafi’ mauwla Ibnu Umar yang ditulis dalam sebuah shohifah.

5.      Al ‘Asy’ast bin Abdul Malik Al hamrony (142 H) membuat suatu kitab yang kemudian diserahkan kepada Sulaiman Al Bashry.

6.      ‘Aqil bin Khalid bin ‘Aqil (142 H) telah menulis banyak hadist yang diriwayatkan dari Az Zuhry. beliau adalah ‘Ulama yang paling tahu menahu tentang hadistnya.

7.      Yahya bin Sa’id Al Anshory (143 H) membuat suatu kitab yang kemudian diserahkan kepada Hammad bin Zaid.

8.      ‘Auf bin Abi Jamilah Al ‘Abdy (146 H) membukukan hadist dari Al Hasan Al Bashry dari Nabi saw. yang kemudian di lanjutkan oleh Yahya bin Sa’id Al Qothan (120-198 H).

9.      Ja’far As Shadiq ibnu Muhammad Al Baqir (80-148 H) membuat risalah, hadist dan menyalin, ia termasuk Ulama’ hadist yang tsiqah (terpercaya).

10.  Yunus bin Yazid bin Abi An Najad (152 H)

11.  Abdurrahman bin Abdullah bin Utbah Al Mas’udy (160 H) menulis hadist dari Syu‘bah bin Baghdad.

12.  Za’idah bin Qudamah (161 H) menulis hadist dan menyerahkannya kepada Sufyan At Tsaury. Za’idah setara dengan Syu’bah bin Al Hajaj. Sufyan  At Tsaury (97-161 H) menulis banyak hadist darinya di dalam kitab hadist “Al Jami’ Al Kabir” dan “Al Jami’ As Shaghir”.

Masih banyak lagi Ulama’-Ulama’ yang lain, selain yang telah disebutkan di atas, fakta ini menegaskan bahwa telah menyebarluasnya pembukuan hadist yang dilakukan oleh para Ulama’ pada akhir abad kedua hijriyah, hal ini berlandaskan riwayat yang menyebutkan bahwa Aly bin Abdullah Al Madiny (161-234 H) telah menulis berbagai pembahasan hadist dan ilmu yang berkenaan dengannya lebih dari 120 kitab, begitupula Muhammad bin Shalih Al Hasyimy menulis lebih dari 25 kitab. Pada setiap kitabnya terdiri dari beberapa jilid, sehingga ada yang mencapai 30 jilid/kitab.

Inilah sekelumit gambaran tentang begitu getolnya para ‘Ulama dalam berpartisipasi menjaga keutuhan hadist, baik dihafal dalam hati maupun ditulis dalam kitab. Maka benarlah Aly bin Abdullah Al Madiny  ketika mengatakan :”Menurutku Isnad (sandaran) hadist beredar di antara enam Ulama’, yaitu: Ahlul Madinah: Ibnu Syihab (124 H), Ahlu Makkah: Amru bin Dinar (46-126 H), Ahlul Bashrah: Qatadah bin Da’amah As Sudusy (117 H) dan Yahya bin Abi Katsir (129 H), Ahlu Kuffah: Abu Ishaq ‘Amru bin Abdullah As Sabi’iy (33-127 H) dan Sulaiman bin Mihran Al ‘Amasyi (61-148 H)”.

Tinggalkan komentar