METODE PENAFSIRAN AL QUR’AN

1.    Metode tafsir bil ma’tsur
Qs. An Nahl : 44
Sahabat menafsirkan al Qur’an dengan al Qur’an, al Qur’an dengan Hadist, al Qur’an dengan Ijtihad. Tabi’in mengikuti metode sahabat dalam menafsirkan al Qur’an. Ini dinamakan dengan tafsir bil ma’tsur atau bil manqul.
Ahli tafsir dari kalangan sahabat ada 11
Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abdullah bin Amru bin Al Ash, Abu Musa Al Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka’ab.
?    Ahli tafsir dari kalangan Tabi’in ada 10
Mujahid bin Jabr, Sa’id bin Jabir, Qatadah bin Du’amah As Sadwasi, Zaid bin Salam. Muhammad bin Ka’ab Al Qordhi, Abul Aliyah Ar Royahi, Atha’ bin Abi Rabah, Mukrimah maula Ibnu Abbas, Al Hasan Al Bashri, Sa’id bin Musayib dll.
Sebab lemahnya periwayatan dalam metode tafsir bil Ma’tsur
Bila sanadnya shahih maka periwayatanya diterima, kecuali bila ada masalah pada sanadnya sebagai berikut :
1.    Al Wad’u (pemalsuan)
Hal ini ditimbulkan karena kemunculan sekte-sekte sesat dalam islam dan beragam madzhab yang menyimpang. Mereka melakukan berbagai periwayatan berkenaan dengan tafsir, tidak lain adalah untuk membenarkan gagasan-gasasan mereka saja. Seperti, Mu’tazilah, Rafidhah, sufi ekstrim Politik musuh-musuh islam dll.

2.    Isra’iliyat
Ahli Kitab ditanya oleh Muslim. Mereka lantas menceritakan tentang cerita-cerita para Anbiya, termasuk yang termaktub dalam al qur’an dan kabar-kabar yang tercantum dalam Taurat dan Injil. Inilah yang dinamakan Isra’iliyat. Adapun secara mutlak Isra’iliyat cenderung kepada Yahudi dan Nasrani.

Padahal Taurat dan Injil banyak mengalami perubahan, setidaknya 3 perkara :
1.    Sejalan dengan Syari’at Islam (diterima)
2.    Tidak sejalan dengan Syari’at Islam (tidak diterima)
3.    Sejalan dan tidak sejalan dengan Syari’at Islam (tawaquf dan tidak bermanfaat untuk diketahui, maka harus teliti dalam hal ini

3.    Hadful Isnad (terhapusnya Isnad)
Karena para sahabat dalam menafsirkan al qur’an menggunakan isnad, namun setelah terjadi banyak fitnah yang melanda kaum muslimin, berakibat hilangnya isnad dalam penafsiran. Sehingga tidak tahu mana yang Shahih dan mana yang Dhaif
Maka terkadang diwajibkan tasabut (berpegang teguh) dalam periwayatan dan mengetahui sanad dalam penafsiran.

Pembukuan metode  Tafsir bil Ma’tsur
– pada masa sahabat belum terjadi pembukuan tafsir al qur’an (periwayatanya dengan ucapan saja)
– pada masa Tabi’in barulah dimulai, yang pertama kali membukukan tafsir dengan sempurna (seluruh Al Qur’an) adalah Abdul Malik bin Juraij (80-150 H). adapun sebelumnya, seperti Ibnu Abbas, Mujahid dll. Belum sempurna.
Adapun yang sampai ketangan kita adalah karya Ibnu Jarir At Thabari (wft 310 H)

Kitab tafsir Bil Ma’tsur diantaranya adalah sbb :
1.    Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayyil Qur’an : Ibnu Jarir Ath Thabari (W. 310 H).
2.    Tafsir Al Qur’an Al Adhim: Imam Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir (W. 774 H).
3.    Tafsir Al Qur’an Al Adhim: Ibnu Abi Hatim ar Razi (W. 327 H).
4.    Al Kasyfu Wa Al Bayan Fi Tafsiri Al Qur’an: Ahmad Ibnu Ibrahim (W. 427 H).
5.    Ma’alimu Al Tanzil: Imam Al Husain Ibnu Mas’ud Al Baghawi (W. 516 H).
6.    Ad Durru Al Mantsur Fi Tafsir Bi Al Ma’tsur: Jalaluddin As Suyuthi (W. 911 H).

2.    Metode Tafsir Al Fiqhi

Al Qur’an terdiri dari dua bentuk tujuan :
1.    Membenahi aqidah
2.    Manata akhlaq

?    Para sahabat mentadaburi al qur’an dan memutuskan hukum yang terkandung dalam ayat-ayat ahkam saja. Walau terkadang terjadi ikhtilaf.
•    Contohnya :
1.    Ikhtilaf dalam masalah iddah seorang istri yang ditinggal mati oleh suaminya yang termaktub dalam Qs. Al Baqarah 324 dan At Thalaq : 4
2.    Ikhtilaf dalam masalah pewarisan yang termaktub dalam Qs. An Nisa’ : 11

Macam-macam tafsir ayat ahkam berdasarkan madzhab fiqih yang beragam adalah sbb :
1.    Madzhab Hanafi
a.    Tafsir Ahkamul Qur’an : Abu Bakar Ar Razi yang dikenal dengan Al Jashas terdiri dari 3 jilid
b.    At Tafsirat Al Ahmadiyah fi Bayanil Ayat Asy Syar’iyah
2.    Madzhab Maliki
a.    Tafsir Ahkamul Qur’an : Abu Bakar bin Al Arabi. 4 jilid
b.    Al Jami’ Al Ahkam Al Qur’an : Abi Abdillah Al Qurtubi. 10 jilid tebal
3.    Madzhab Syafi’i
a.    Ahkamul Qur’an : Abu Bakar Al Baihaqi menyusun manuskrip dari Imam Syafi’i
b.    Ahkam AL Qur’an : Ilkiya Al Harasi. 2 jilid
c.    Al IKlil fi Istinbati Tanzil : As Suyuthi. 1  jilid
d.    Al Qaul Al Wajiz fi Ahkamil Kitab Al Aziz : Ahmad bin Yusuf Al Halbi (as samin)
4.    Madzhab Hanbali
a.    Zaadul Masir fi Ilmi At Tafsir : Ibnul Jauzi. 7 jilid

3.    Metode Tafsir Ilmi
Sebagai perwujudan al qur’an sebagai kitab yang penuh dengan ilmu adalah, kandungan yang mampu mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya hidayah (islam). Dengannya pula banyak ilmu pengetahuan yang didapat. Hal ini disebut juga I’jazul Ilmi fi Qur’anil Karim.
-Para Ahli Tafsir melakukan penelitian terkait alam semesta yang terkandung dalam al qur’an.

•    Mereka dalam hal ini terbagi menjadi 3 bagian yang masing-masing mempunyai hujjah yang berbeda-beda, tiga pembagian itu dikenal dengan istilah : Mu’ayyid, Mu’arrid dan Mu’tadilah.

1.    Mu’ayyidun
a.    Allah ta’ala mengisi al qur’an dengan berbagai ilmu yang bemanfaat untuk menngetahui alam semesta
b.    Bagaimana mengatur segala sesuatu yang ada di langit Qs. Qaf : 6
c.    Mampu menemukan sesuatu yang baru dalam al qur’an
d.    Mampu mengisi keimanan kepada Allah ta’ala, berkat penelitian al qur’an dan mengetahui hakikatnya

2.    Mu’arridun
a.    Sesungguhnya I’jazul Qur’an qur’an itu telah ditetapkan
b.    Sesungguhnya dakwah qur’aniyah yang didasari dengan obserfasi pada kaun (alam) dan ilmu merupakan dakwah secara umum. Tertuju pada kata-kata nasihat dan tafakur saja bukan da’wah dengan menjelaskan kandungan-kandungannya dan menyingkap ilmu yang terdapat di dalamnya.
c.    Tafsir secara ilmiyah tidak menjamin berhasil pada setiap ilmiyah dari ilmiyah taufiq
d.    Sifatnya sementara dan berubah-ubah, kita tidak bisa memastikan secara tunggal (ambigu)
e.    Sebatas penelitian yang bersifat penampakan kauniyah dalam kehidupan psikologi maupun social, dan bisa berubah-ubah

3.     Mu’tadilun (Rojih)
Tidak mengapa bagi yang menghendaki hakikat ilmu yang sudah pasti kebenaranya. Selama tidak terkandung keraguan ketika berhadapan dengan nash al qur’an. Tentunya hal tersebut didasari dengan aqidah yang benar dan selamat dari penyimpangan. Dengan syarat :
1.    Tidak keluar dari awalnya (hidayah)
2.    Memperdalam dien dan menghadang musuh
3.    Bermanfaat bagi kaum muslimin
4.    Tidak bisa dikatakan bahwa tafsir ini hanya memerlukan qur’an saja tidak lainya. Karena hanya untuk memperluas bahan penelitian. Hingga bila hasilnya benar maka diterima, bila salah ditolak (batal)

Kitab tafsir Ilmi diantaranya adalah sbb :
1.    At Tafsur Al Kabir : Fakhu Ar Razi
2.    Al Jawahir fi Tafsiril Qur’anul Karim : Thantawi Jauhary
3.    Kasyful Asrar An Nuraniyyah Al Qur’aniyah : Muhammad bin Ahmad Al Iskandarani
4.    Al Qur’an Yanbu’ Ulum wal Irfan : Aly Fikry
5.    At Tafsir Al Ilmi lil Ayat Al Kauniyah : Hanafi Ahmad

4.    Metode tafsir Al Aqli
?    Metode ini dinamakan juga (Ijtihadi, Ro’yu, Diroyah dan Aqli)
?    Muncul : sejak awal islam – ijtihad – Sahabat- Tabi’in.
?    Lalu firaq dan mazdhab sesat telah menafsirkan al qur’an dengan royu bathilah dan hawa nafsu

•    Mengenai hal ini ulama berbeda pendapat : antara melarang dan membolehkan
1.    Dalil yang melarang
a.    Al qur’an melarang bicara dengan tidak punya ilmu Qs. Al A’raf : 33 dan Al Isra’ : 36
b.    Hadist hal 101
c.    Qs. An Nahl : 44 selain Rasul SAW tidak boleh bicara tentang Al Qur’an.

2.    Dalil yang membolehkan
a.    Tadabur, tafakur, ishabat dalam Qs. An Nisa’ : 82-83, Shad : 29, An Nahl : 44
b.    Hadist kepada Ibnu Abbas
c.    Para Sahabat dalam sebagian ayat muhkam berikhtilaf. Tanpa teman ikhtilaf dalam tafsir.

3.    Rajih
Apabila tafsir ro’yi Mahmud maka dibolehkan. Tapi tafsir ro’yi madzmum tidak diperbolehkan.

Kitab tafsir Ra’yi Al Mahmud diantaranya adalah sbb :
1.    Mafatihul Ghaib : Fakhruddin Ar Razi
2.    Anwaru Tanzil wa Asraru Ta’wil : Nashiruddin Al Baidhawi
3.    Bahrul Muhit : Abu Hayan
4.    Tafsir Kalamul manan : As Sa’di
5.    Mahasinu Ta’wil : Jamaluddin Al Qasimi

Kitab tafsir Ra’yi Al Madmum diantaranya adalah sbb :
1.    Tanziyah Al Qur’an Alal Matha’in : Abul Jabar Al Hamdani al Mu’tazily
2.    Al Kasyaf : Mahmud Az  Zamhasyari Al Mu’tazily
3.    Majmu’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an : Abu Ali Al Fadl bin Al Hasan At Tabrasi
4.    Tafsir Kitabullah Al Aziz : Huda bin Muhakam Al Huwary
5.    Tafsir Al Qur’anul Adhim : Abu Muhammad Sahal At Tastary

5.    Metode Tafsir Ijtima’i
Al qur’an diturunkan pada kaum jahiliyah. Dengannya manusia dapat menata akhlaqnya, membenahi aqidahnya, mengembalikan orientasi hidup, menyembuhkan penyakit sosial, politik dan keluarga.
Para ahli tafsir memanfaatkan ayat2 berkenaan dengannya

Kitab tafsir Ijtima’i diantaranya adalah sbb :
1.    Tafsir Al Manar : Muhammad Rasyid Ridha
2.    Tafsir Al Maraghi : Ahmad Musthafa Al Maraghi
3.    Tafsir Al Qur’an Al Karim : Mahmud Syaltut
4.    Shafwatul Atsar wal Mafahim : Abdurrahman bin Muhammad Ad Dausiry
5.    Fi Dhilalil Qur’an : Sayid Qutub

6.    Metode Tafsir Bayani
Tafsir yang digagas oleh Ibnu Abbas terkenak dengan corak lughowinya (bahasa), begitu pula yang dilakukan muridnya yaitu mujahid, beliaupun menafsirkan al qur’an ditinjau dari segi bahasa.
Pembukuan pada masa tadwin adalah : Majazul Qur’an, Ma’ani Qur’an dan Nadzamul Qur’an

kerangka pembahasan tafsir bayani

  1. Maudhu’ Wahid (tematik) : mentadaburi dan menafsirinya
  2. Tartib Zamani (historis) : menelusuri sejarah diturunkanya ayat
  3. Dirasah Khas : pembelajaran intensif seputar nash, tarikh, asbab, jama’, kitabah, qira’ah dll yang terkandung dalam pembahasan ulumul qur’an
  4. Dirasah Ammah : obserfasi materi alam semesta kaitanya dengan ayat kauniah
  5. Mufradat : tata bahasa dan penggunaanya
  6.  Ma’na Murakab : Nahwu dan balaghah (adabiyah al faniyah)

Kitab tafsir Bayani diantaranya adalah sbb :
1.    Min Huda Al qur’an …..Fil Qadah wa Rasul
2.    Min Huda Al qur’an …..Fi Ramadhan
3.    Min Huda Al qur’an …..Fi Amwalihim
4.    Min Huda Al qur’an …..As Salam wal Islam
5.    Min Huda Al qur’an …..Al Qasam Al Qur’an
6.    Min Huda Al qur’an …..Al Qur’an wal Hayah
7.    Min Huda Al qur’an …..At Thugyan fil Ilmi wal Maali wal Hukmi
8.    Min Huda Al qur’an …..Al Jundiyah wa As Silmi
9.    Min Huda Al qur’an …..Hukumatul Qur’an
10.    Min Huda Al qur’an …..Al Fanni wal Bayan fil Qur’an
11.    Min Huda Al qur’an …..As Syakhsiyah Muhammad
12.    Min Huda Al qur’an …..Al Hukmu bima Anzalallah
13.    Tafsirul Bayan lil Qur’an Al karim
14.    Al Qur’an wal Qadhaya al Insan
7.    Metode Taduqul Adabi (pendalaman sastra)
Sayid Qutub berkata mengenai kandungan sastra yang amat mendalam maknanya pada al qur’an. Kedalaman sastra dan makna tersebut hanya bisa disaksikan dan dirasakan dengan perenungan hati yang menghayati keagungan dan keindahan ma’nanya. Sehingga tidak bisa diucapkan seluruhnya sekedar ditafsirkan dengan perkataan dan kalimat saja.

Bisa dikatakan bahwa metode ini terdiri dari dua pertimbangan :
a.    Dzat : apabila terlalu tenggelam dalam nash dan tidak lagi menghiraukan makna dhohirnya, maka ini seperti orang-orang sufi yang menjadikan khayalannya melampaui batas, tidak menggunakan kaidah yang benar. karena didasari oleh hawa nafsu.
b.    Maudhu’ : apabila sebatas memperdalam pada segi bahasa (lughowi) dan tetap berada pada batasan syari’at serta melakukan perhatian mendalam pada makna shahihn yang selamat maka hal ini dipebolehkan.

Tinggalkan komentar